Sempat share di facebook tentang daun ubi jalar sebagai obat Demam Berdarah, nggak tahunya malah aku sendiri yang kena. Memang harus diri sendiri yang menjadi objek percobaannya. hahahaha....
Cerita sedikit ya:
hari kamis, tanggal 5 Februari
2016 dini hari sekitar pukul 02.00 WITA tiba-tiba saja aku kebangun dan merasa
kedinginan yang menggigil. Padahal sebenarnya badanku panas sekali. Aku pikir
itu cuma demam biasa saja karena sore Rabu itu aku pulang kehujanan dan nggak
langsung mandi, bahkan sampai pagi hari aku cuma minum obat penurun panas
biasa. Kebiasaan kalau sakit paling juga demam saja. Makanya pagi itu aku hanya
minta ijin sakit karena tidak enak badan di kantor. Biasanya sih kalau cuma
tidak enak badan, tidur seharian langsung sembuh.
Tapi, hari kamis itu malah tidak
bisa tidur dan bahkan panas badanku tidak berkurang. Siang harinya aku di ajak
suamiku ke klinik langganan perusahaan dan diperiksa. Dokter bilang sepertinya
itu gejala Demam Berdarah, tetapi untuk memastikan bener atau tidaknya aku
disuruh balik lagi hari Sabtu, karena obat untuk mengecek trombosit sempat
kehabisan saking banyaknya pasien yang kena DB.
Ya sudah, aku diberi obat dan
menjalani rawat jalan, lagian aku pikir dengan rawat jalan akan lebih cepat
sembuh. Tetapi ternyata, bukannya sembuh malah semakin parah. Melihat makanan
saja sudah mual tidak berselera, makan seujung kuku roti saja dimuntahin, minum
air seteguk saja juga tidak sempat masuk, keburu keluar. Malam Sabtu malah
tidak tidur semalaman, Ditambah sehari semalam tidak ada makanan dan minuman
yang masuk kedalam perut, membuat badanku semakin lemah dan tensi ngedrop
drastis. Dari 120/80 biasanya, menjadi 80/60. Seluruh tulang-tulang terasa
ngilu. Sempat aku berpikir kalau aku kena asam urat. hahahaha....
Hari Sabtu pagi akhirnya aku
kembali ke klinik dan di tes darah, untuk semuanya termasuk kolesterol, asam
urat, diabetes dan lain-lain. Yaahhh, siapa tahu seumur begini penyakit mulai
doyan berteman. hahahaha....,
Sambil menunggu hasil tes darah,
aku minta ijin tiduran di UGD karena kepala pusing dan mual. Rupanya dokter
tidak sabar lagi melihat aku yang sudah lemas, akhirnya dia sendiri yang
mengambil hasil tes darah, dan ternyata positif terkena gejala DBD. Untungnya
untuk tes darah yang lain hasilnya normal. Rupanya itu penyakit masih belum mau
berteman denganku. Semoga aja jangan. hihihihi...
Ketika sudah tahu positif terkena
DB, langsung saja aku dipasangin infus di UGD tersebut. Tidak butuh waktu lama
untuk menghabiskan infus tersebut, sekitar 15 menit sudah habis. ckckck...ini
badan laper apa haus ya?
Kemudian, aku diberi suntikan di
infus untuk penghilang mual dan penambah nafsu makan. Gilaaa...belum ada lima
menit sehabis disuntik untuk penambah nafsu makan, perutku langsung bereaksi
minta makan. Sampai dokter dan suamiku juga adikku yang berada di UGD tersebut
tertawa, haduuuhhh...mau malu tapi sudah terlanjur, ya sudahlah dipasangi saja
tembok tebal dimuka. Sudah biasa malu dan malu-maluin. wkwkwkwk...
Akhirnya adikku membelikan soto
banjar. Nafsunya ingin ngabisin, tetapi perut tidak mendukung. Masih kaget
menerima makanan. Akhirnya sedikit demi sedikit saja memakan makanan tersebut.
Sedikit cerita tentang perawat yang memasang infus itu, sepertinya dia orang
baru. Masa masang infus lama banget belum kepasang-pasang. Aku sampai protes. "Tenang
saja Bu." katanya, "sakit ya Bu?" untung badanku masih lemas,
kalo nggak sudah kusentak tuh perawat. "Ya iyalah Mas, sakit. nggak lihat
tuh darahku sudah banyak keluar. Dikira enak apa ditusuk jarum gede begitu? Masih
aja sakit apa nggak? Apa Mas mau nyoba, biar nggak nanya? Hahahaha..."
tetapi kata-kata itu hanya berdendang dalam hati saja, karena kondisi masih
lemas dan males untuk bicara.
Meski sudah positif terkena DB,
tetapi di badanku tidak ada bintik-bintik merah layaknya orang terkena DB.
Begitu juga dengan trombosit darah tidak langsung drop turunnya. Begitu
dipindah ke ruang inap, rasanya lega. Bebas dari UGD.
Begitu di ruang inap, aku disuruh
minum jus jambu merah yang kemasan, terus sari kurma, bukannya tambah bertenaga
malah tambah tidak enak diperut. Suamiku sampai ngomel karena susahnya untuk
disuruh minum jus tersebut. Akhirnya ada yang memberitahukan kalau ada yang
menjual jambu biji merah segar. Langsung saja suamiku membeli, dan adikku
mencari daun ubi jalar. Untuk jambu biji
merah itu di jus tanpa gula, dengan sedikit air. Tapi untuk daun ubi jalar,
dimasak seperti sayur biasanya. Kemarin itu hanya di oseng saja oleh
adikku. maklumlah, namanya juga laki-laki. pengennya sih dimasak sayur asem.
tetapi yang tukang masaknya sakit, gimana dong? ya akhirnya, ya nrimo wae lah,
sudah syukur juga dimasakin, coba kalau dikasih yang masih segar gitu, emang
mau jadi kambing? hahahaha....
Kemarin itu cuma sehari saja
minum jus jambu biji asli, kurang lebih dua gelas, dan sempat makan sayur daun
ubi jalar sebanyak tiga kali. Aslinya di klinik itu tidak diapa-apain kok, cuma
tiap hari diambil darahnya untuk dicek. minum obat penurun panas, diberi obat
mual dan pusing. Tiap hari yang ditanyain, "nggak pusing?, nggak mual?,
nggak panas?, apa yang dirasakan sekarang? dan pesan dokternya, harus banyak
makan dan minum air putih. Makan makanan yang disuka. Begitu petuah dokter. Ya
aku jawab aja, kalau sakit apanya yang disuka Dok? semua tidak suka, kecuali
lihat dokternya aja lumayan bikin perut kenyang. hahahahaha....sttt...becanda.
jangan bilang-bilang ya, kitakan cuci mata sambil nunggu dibolehin pulang.
Kenapa saat sakit DB kita harus banyak minum air putih? menurut dokter
tersebut, pada hari ke-4 dan ke-5 ketika terkena DB itu, HB kita meningkat dan
mengental. Efeknya tubuh akan seperti orang syok. Kejang-kejang. Itulah kenapa
pada hari ke-4 dan ke-5 pasien DB selalu di kontrol ketat, karena itu fase kritis.
Syukurlah, ketika memasuki hari ke-5 aku merasa baik-baik saja, dan HB ku malah
turun. Itu dikarenakan pada hari kedua dirawat inap, aku datang bulan. Karena itu
kata dokter, HB ku malah turun.
Lima hari di rawat inap malah
bosen, tidak ada yang bisa dikerjakan. Melihat layar HP rasanya pusing, dokter
sama perawat saja sampai menggeleng melihat HP, Android, tab, tersusun di dekat
bantal. Bahkan suamiku sempat menawari, apa mau dibawakan laptop biar bisa
nulis? Aku bilang nggak mau, ntar apa kata orang. Itu sakit apa pindah kantor,
bawa laptop segala. Hahahaha...
Ingin sekali minum kopi di sana,
yang ada malah diomelin. Sakit kok mau minum kopi. Tuh, makan yang banyak biar
cepat sembuh. Kalau dipikir sih iya juga, masa tiap hari aku diambil darahnya
banyak banget. Entah berapa mili tuh yang diambil, sampai setiap habis diambil
darahnya, aku langsung pusing dan mual. Bahkan ada yang sehari diambil dua
kali. Aku sampai protes, “kok darah yang diambil banyak banget sih Mas,
lama-lama bisa habis nih darahku. Nambah beberapa tetes aja perlu perjuangan,
lah situ ambil-ambil saja banyak-banyak. Tanganku sampai sekarang juga masih
biru-biru tuh kayak habis di isap vampire. Coba kalau vampirenya RT, kayaknya
aku malah jatuh cinta dan ikhlas digigit. Hahahaha... akhirnya mereka tidak
lagi mengambil yang banyak, melainkan hanya mengambil beberapa tetes saja di ujung
jari. Naaahh, gitu dong. Dari kemarin kek kayak gitu, aku kan nggak sampai
protes. Perawatnya cuma ketawa aja. Hihihihi...pasiennya udah sakit, cerewet
banget. Kasihan juga sih melihat para perawatnya itu sibuk terus, saking
banyaknya pasien yang datang.
Sudah gitu, selama sakit nggak pernah
mandi. Cuma di seka aja pake handuk. Tahu nggak rasanya? Hah, baru juga sepuluh
hari nggak mandi, bagaimana sebulan? Hihihi...semewah-mewahnya ruang rawat
inap, tetap aja gatal-gatal. Bahkan sempat tumbuh ketombe di alis. Hahahaha...anehkan?
untungnya pas pulang, aku langsung mandi dan bersih-bersih, alhamdulillah
hilang tuh gatal-gatal seperti ketombe itu.
Malu sih cerita begini, tetapi
aku pikir apa salahnya berbagi. Mungkin ada yang bisa diambil manfaat dan
hikmahnya. Apalagi ketika aku protes sama perawat yang ngambil darah seenaknya.
Hihihihi...aku kayak paling tahunya. Tapi, untungnya mereka nurut. Mungkin karena
mereka masih muda kali ya, jadi nurut sama tampang emak-emak gini. Wkwkwkwk....
Udah ah, sekian saja curhatnya. Pengalaman
ketika sakit DB, makanya jangan gampang share, Karena bisa-bisa kita sendiri yang
jadi objek percobaannya (nasihat untuk diri sendiri) Hahahaha.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar