Rasa sakit karena disakiti orang lain itu
sebentar. Tapi pemahaman yang baik setelah rasa sakit itu pergi yang akan
abadi. Waktu selalu berbaik hati mengobati kesedihan.
~~~~Tere Liye~~~~
Part 4
“Iyakan Jo, kamu mulai menyukai
Jalal?” Tanya Moti melihat Jodha masih
terdiam.
“Si-siapa
bilang aku menyukai Jalal? sampai kapanpun aku tidak akan pernah menyukainya." Jawab Jodha walaupun sekarang hatinya sedang bimbang, apalagi ketika dia teringat
peristiwa Jalal yang telah menolongnya.
“Itu wajahmu
yang ngomong Jo, kalau memang tidak ada apa-apa kenapa coba wajahmu merah
begitu." Moti masih tersenyum setengah meledek Jodha membuat gadis itu menjadi
salah tingkah.
“Sudah ah Mo.
Oh ya Mo, bagaimana rencana pertunangan
kamu dengan Surya? Kapan dilaksanakan?” Tanya Jodha berusaha mengalihkan
pembicaraan. Moti mengerti akan hal itu dan tidak berusaha untuk memaksanya.
“Rencananya
sih besok lusa Jo. Tapi maaf acaranya tidak mengundang orang lain. Mintanya hanya kedua keluarga saja."
“Teman-teman
kamu juga gak diundang Mo?”
“Iya Jo,
Maaf ya." Ucap Moti dengan menunjukkan raut muka sedih. Dia merasa tidak enak
karena mereka sudah bersahabat lama. Tetapi bagaimana lagi permintaan
keluarganya dan keluarga Surya seperti itu membuatnya tidak bisa berbuat
apa-apa.
“Ya sudahlah
Mo, tidak apa-apa. Lagian ini kan cuma pertunangan, nanti kalau kalian menikah
tetap tidak mengundang kami berarti kamu bukan sahabatku lagi?” Kata Jodha
setengah mengancam. Moti tertawa geli melihat reaksi Jodha.
“Tapi tenang
saja Jo, Surya dan aku berencana mengadakan pesta kecil-kecilan buat
sahabat-sahabat kami." Hibur Moti.
“Benarkah
Mo? Asyiikk...” Jodha melonjak kegirangan, “kapan dan dimana Mo?"
“Rencananya
kami akan mengadakan di Puncak sabtu depan ini, kita bisa menyewa villa disana.
Banyak yang murah-murah loh. Jalal juga ikut nanti.” Jodha yang awalnya senang
langsung terdiam mendengar nama Jalal ikut disebutkan.
“Kenapa dia
ikut juga Mo? Memangnya tidak bisa kalau tidak mengajak dia?” Wajah Jodha berubah
menjadi cemberut. Moti tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu.
“Tidak bisa
Jo. Surya dan Jalal itu sudah seperti saudara. Tidak mungkin kami merayakan
acara bersama teman-teman tanpa kehadirannya."
“Ya sudah
kalau begitu aku tidak jadi ikut deh."
“Gawat....nih
anak mulai ngambek,” Pikir Moti.
“Please Jo.
Ayolah ikut, kitakan sahabat. Masak kamu tega tidak mau memenuhi undangan
sahabatmu ini. Nanti disanakan orangnya juga banyak gak cuma kamu sama Jalal
saja. Anggap saja dia tidak ada. Ayolah...mau ya...yaa...yaa...” Bujuk Moti
sambil menangkupkan tangannya di depan dada.
Mau tidak
mau Jodha merasa kasihan juga. Walaupun berat akhirnya dia menganggukkan
kepalanya. Moti tertawa senang. “Nah begitu dong, ini baru sahabatku." Moti
memeluk Jodha dengan perasaan bahagia.
“Tapi, nanti
bantu aku ya minta ijin sama ibuku.”
“Siap Bos..” Moti berdiri dengan menempelkan telapak tangannya di kening sambil
tertawa dan Jodha tersenyum geli melihatnya.
~~~~00000~~~~
Hari jumat
Jodha sengaja mengajak Moti pulang kerumahnya. Selain untuk meminta ijin juga
tidak sudah rindu kepada orang tuanya. Dengan menumpang taksi akhirnya mereka
sampai juga dirumah Jodha. Padahal orang tuanya sudah menyediakan mobil Honda
Jazz yang mungil untuk Jodha. Namun gadis itu jarang mau memakainya. Dia lebih
senang berjalan kaki karena memang apartemennya sangat dekat dengan kampusnya.
Jodha
memasuki rumah dengan tidak sabar memanggil-manggil ibunya.
“Ibu...ibu...ibu...”
Jodha berlari ke arah kamar ibu. Dibukanya pintu kamar namun ibunya tidak ada.
Dia berlari lagi mencari ke dapur. Ternyata ibunya sedang sibuk memasak di
temani pembantunya. Jodha langsung memeluk ibunya dari belakang. Ibunya kaget
namun kemudian tersenyum.
“Kok kamu
sudah pulang Sayang? Bukankah biasanya hari Sabtu kamu pulang." Tanya Ibunya.
“Iya sih bu, cuma hari ini aku ingin minta ijin sama ibu.”
“Memangnya
kamu mau minta ijin kemana?”
“Nantilah
aku ceritakan, Oh ya bu ada Moti tuh di depan. Tadi aku ajak kesini.” Kata Jodha
sambil bergelayut manja sama ibunya.
“Kalau
begitu ayo kita kedepan sekalian bawakan minuman buat dia." Ujar ibunya.
“Baik
Bu...” Jodha membawakan minuman dingin yang diambil dari kulkas dan membawa ke
depan beserta camilannya.
“Moti, apa
kabarnya?” tanya Ibunya Jodha sambil memeluk Moti.
“Kabar baik
Tante. Tante sendiri bagaimana kabarnya?”
“Ya begini
ini sehat saja, tumben hari ini datang kesini? Katanya mau minta ijin? Emang
mau kemana?” tanya Ibunya Jodha sambil memandang Moti dan Jodha bergantian.
“Hmm..begini
Tante, aku mau mengajak Jodha untuk liburan kepuncak. Sekalian merayakan pesta
pertunanganku dengan Surya." Moti menjelaskan dengan takut-takut.
“Ke Puncak?
Jauh sekali Moti. Emangnya kalian dengan siapa disana?”
“Tenang saja
Tante, teman-teman yang lain juga ikut kok. Orangnya banyak kok tante.”
“Iya Bu,
boleh ya..please! bujuk Jodha menghiba kepada Ibunya. Ibunya cuma menghela
nafas saja.
“Ibu sih
tidak masalah, tetapi Ayahmu belum tentu."
“Ibu tenang
saja, biar aku nanti yang minta ijin sama ayah ya Bu." Ujar Jodha tersenyum
senang seraya memeluk Ibunya.
“Ayah sekarang dimana Bu?”
“Ayahmu
belum datang dari kantor, sekarang kalian istirahat dulu. Nanti kalau Ayahmu
datang kalian bisa minta ijin langsung padanya."
“Baik
Bu, ayo Moti kita istirahat dulu." Ajak Jodha seraya melangkah ke kamarnya
diikuti Moti.
Menjelang
sore Ayahnya Jodha pun datang, dengan tak sabar Jodha meminta ijin kepada
Ayahnya. Awalnya Ayahnya tidak mengijinkan, tetapi seperti biasa tetap luluh
setelah isterinya ikut meminta ijin. Akhirnya Ayah Jodha pun mengijinkan dengan
syarat memperbaiki penampilannya yang terlihat urakan. Jodha pun
menyanggupinya.
~~~~00000~~~~
Keesokan
harinya seperti yang dijanjikan mereka pun berangka menuju puncak. Sengaja
mereka berangkat pagi-pagi karena biasanya setiap akhir pekan selalu saja macet
sehingga akan terlambat untuk sampai tujuan. Dengan mengendarai 2 buah mobil
lengkap dengan bahan makanan yang akan disantap saat pesta nanti malam.
Jodha dan
teman-temannya benar-benar menikmati perjalanan itu. Penampilan mereka kali ini
lebih sopan, semua kompak memakai sepatu kets celana jeans panjang, T-shirt dan
tak lupa membawa switter dan syal, serta penutup kepala. Karena cuaca disana
sangat dingin, apalagi kalau sudah malam hari. Sekilas Jodha melirik ke arah
Jalal yang menggunakan mobil satunya, penampilannya juga lebih rapi dari
kemarin. Dengan rambut diikat, memakai topi, kacamatan hitam dan jaket kulit
terlihat lebih tampan. Tanpa sadar Jodha tersenyum melihatnya.
Sebetulnya
Jalal juga sama seperti Jodha tidak ingin ikut tetapi Surya memaksa dan Jalal
juga tidak enak untuk menolaknya. Akhirnya mau juga tidak ikut demi untuk
menyenangkan sahabatnya yang sedang berbahagia.
Menjelang
sore akhirnya mereka pun tiba ditempat tujuan, sebuah villa sederhana namun
menyenangkan dengan latar belakang perkebunan dan hutan yang masih asri. Tersedia
banyak sekali pilihan villa dari fasilitas yang sederhana sampai fasilitas yang
lengkap semua tersedia. Namun karena Surya ingin mencari yang sesuai dengan
kantong mahasiswa diapun memilih villa yang sederhana saja. Toh besoknya juga
mereka akan pulang.
Mereka pun
bergegas membongkar barang-barang bawaan untuk masuk ke villa. Mereka disambut
Mang Ujang penjaga villa tersebut. Surya memperkenalkan teman-temannya satu
persatu. Mang Ujang lalu membawa tamunya masuk serta menunjukkan isi villa itu.
Villa itu lumayan besar dengan 3 kamar tidur, ruang tamu digabung ruang
keluarga menjadi satu lengkap dengan
televisi, dapur dan kamar mandi biasa.
Saat malam
tiba mereka bersiap-siap untuk memulai pesta walaupun kecil-kecilan. Para
lelaki membakar steak beserta pelengkapnya sedangkan yang perempuannya membantu
mengatur makanan tersebut dalam piring-piring. Disediakan minuman dan makanan
ringan untuk pelengkap. Suasana begitu hangat di tengah malam yang dingin itu.
Surya di daulat untuk menyanyi lagu JANJI
SUCI dari Yovie and Nuno dengan
iringan gitar Jalal. Moti nampak sangat bahagia. Sementara yang lain bertepuk
tangan mengiringi lagu tersebut.
Dengarkanlah
wanita pujaanku
Malam ini
akan aku sampaikan
Hasrat suci
kepadamu dewiku
Dengarkanlah
kesungguhan ini
Aku ingin
mempersuntingmu
Tuk yang
pertama dan terakhir
Jangan kau
tolak dan buatku hancur
Ku tak akan
mengulang tuk meminta
Satu
keyakinan hatiku ini
Akulah yang
terbaik untukmu
Dengarkanlah
wanita impianku
Malam ini
akan kusampaikan
Janji suci
untuk selamanya
Dengarkanlah
kesungguhan ini
Aku ingin
mempersuntingmu
Tuk yang
pertama dan terakhir
Jangan kau
tolak dan buatku hancur
Ku tak akan
mengulang tuk meminta
Satu
keyakinan hatiku ini
Akulah yang
terbaik untukmu
Sesaat Jodha
terpesona melihat Jalal memetik gitar, tersirat kekaguman dari tatapannya.
Namun semua disembunyikannya, karena dia tidak ingin teman-temannya tahu. Biarlah
hatinya saja yang merasa. Surya mengakhiri lagunya dengan tepuk tangan dari
temn-temannya. Moti bangkit dan memeluknya. Jalal dan yang lain hanya tersenyum
melihatnya.
Acarapun
dilanjutkan dengan menyantap makanan yang sudah disediakan. Tidak terasa waktu
berjalan sudah menunjukkan pukul 22.00 makanan pun sudah ludes, tinggal minuman
dan makanan ringan saja yang masih tersisa. Jodha meminta ijin untuk kekamar
mandi. Sementar yang lain masih melanjutkan acara sambil ngobrol dan bersenda
gurau.
Sedang
asyik-asyiknya mereka tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan Mang Ujang yang tampak terengah-engah. Semua kaget.
“Ada apa
Mang Ujang?” Tanya Surya.
“Ng...ng...anu...”
Mang Ujang susah payah menjelaskan. “Ini lagi ada razia Den."
“Razia? Razia apa Mang?” Surya berusaha untuk mengendalikan diri, sementara yang lain
nampak shock.
“Iya Den,
terkadang disini dilakukan razia oleh pemerintah daerah dan satpol PP. Biasanya
dilakukan siang hari, tidak tahu kenapa kok malam ini tiba-tiba saja ada
razia.” Mang Ujang nampak ketakutan. Baru saja Mang Ujang selesai ngomong dari
arah jalan muncul mobil patroli dan beberapa petugas berseragam satpol PP dan
memaksa Surya dan teman-temannya ikut masuk ke mobil patroli.
Sementara di
dalam rumah Jodha mendengar ribut-ribut dari luar. Diapun mengintip dan
dilihatnya teman-temannya sedang digiring untuk masuk ke mobil patroli. Jodha
tampak ketakutan apalagi dilihatnya beberapa petugas berjalan memasuki villa.
Dengan segera dia lari kebelakang, tak lupa dia menyambar tas ransel kecil yang
selalu dibawanya. Tanpa pikir panjang dia membuka pintu belakang dan menerobos keluar.
Yang ada dibenaknya hanyalah jangan sampai tertangkap.
Dia terus
berlari menjauhi villa, setelah agak jauh dia berlindung dibelakang pohon yang
lumayan besar, dengan nafas terengah-engah dia mengintip keadaan villa. Jodha
nampak terkejut ketika melihat seseorang berlari kearahnya. Kebetulan ada
sepotong kayu di dekatnya, langsung saja di genggamnya kayu tersebut sambil dia
menunduk untuk menyembunyikan diri. Orang itu berhenti dipohon tempat Jodha
sembunyi dan terlihat menyembunyikan diri. Hampir saja Jodha melayangkan kayu
yang digenggamnya sedari tadi kearah kepalanya orang itu ketika dia mengenal
desah nafasnya, dia nampak terkejut.
“Kau...” orang itu terlonjak karena terkejut tidak menduga ada orang lain disitu namun
dia segera mengenal suara itu.
“Jodha!”
“Jalal!”
“Apa yang
terjadi Jalal, kenapa banyak sekali petugas di depan sana?” Tanya Jodha dengan
ketakutan. Terlihat cahaya senter para petugas berseliweran.
“Ayo jangan
banyak bicara dulu, lebih baik kita menghindar dulu. ceritanya panjang. Nanti
keburu ketangkap kita." Jalal berjalan mengendap-endap untuk menghindari cahaya
senter para petugas, ditambah bulan purnama sedang bersinar terang membuat
mereka akan mudah tertangkap. Jodha akhirnya pasrah mengikuti langkah Jalal
sambil berlari, sesekali mereka melihat kebelakang. Mereka menyelinap diantara tanaman perkebunan
yang tersebar luas dibelakang villa.
“Jalal,
berhenti! aku capek! istirahat dulu ya..” Jodha berdiri dengan setengah
membungkuk sambil terengah-engah mengatur nafasnya. Sementara Jalal yang berada
didepannya juga tampak berhenti sambil mengatur nafas.
“Hosh...hosh...siapa
mereka Jalal?” Tanya Jodha masih penasaran.
“Mereka
petugas Satpol PP yang bertugas merazia villa yang tidak berijin. Apalagi
sekarang yang menyewa villa adalah kita mahasiswa dikhawatirkan berbuat yang
tidak-tidak makanya mereka merazia kita." Terang Jalal.
“Trus, kita
sekarang kemana?”
“Ya terus
saja...., emangnya kamu mau berbalik dan ditangkap mereka?”
“Tapikan di
depan itu hutan, aku takut." Jodha menggidik ketika melihat didepannya sebuah
hutan yang tampak menyeramkan walaupun sebenarnya itu bukan hutan yang tidak
pernah dijamah oleh manusia. Hanya saja karena hari sudah malam membuat suasana
menjadi mencekam.
“Memangnya
kenapa kalau hutan? Sama saja kan? Ayo..” Jalal menarik tangan Jodha, sesaat
Jodha tertegun ketika tangan Jalal memegang tangannya. Terasa ada desiran
hangat dihatinya. Tetapi cepat-cepat ditepisnya dan mengikuti langkah Jalal.
Sesekali Ia membenarkan switter dan syalnya, karena hari semakin dingin.
Apalagi posisi mereka didalam hutan. Hanya dengan mengandalkan bantuan sinar
bulan dan sebuah senter kecil yang ada di hpnya mereka terus masuk ke hutan.
Suara-suara binatang malam membuat Jodha tampak ketakutan. Tanpa sadar
tangannya menggenggam erat tangan Jalal.
Tiba-tiba
tanpa mereka sadari mereka nginjak jalan yang menurun namun bertanah yang
lembut karena banyaknya daun yang menutupi.
“Jodha, awas!” Teriak Jalal sebelum tubuhnya meluncur terguling kebawah, tapi
terlambat karena Jodha sudah terlanjur ikut selain itu tangan mereka saling
menggenggam membuat Jodha sukses ikut meluncur kebawah dan jatuh menimpa tubuh
Jalal yang terlebih dahulu sampai dibawah.
“Auww...”
teriak mereka bersamaan. Sekarang posisi mereka dalam keadaan saling memeluk.
Sesaat mereka saling pandang, namun kemudian tersadar. Jodha terlebih dahulu
bangkit karena posisinya berada diatas tubuh Jalal. Mereka tampak salah
tingkah. Sambil mengibas-ngibaskan bajunya yang agak kotor Jodha melihat
sekeliling.
“Kita dimana
ini Jalal?” kata Jodha memecah keheningan.
“Entahlah, aku juga tidak tahu. Mungkin kita tersesat.” Jawab Jalal sambil memeriksa
sekitarnya, “sepertinya untuk naik ke jalan tadi sudah tidak mungkin karena
tanahnya terlalu licin."
“Trus, kita
harus bagaimana ini?” Jodha mulai panik.
~~~TBC~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar