Menu

Jumat, 12 Februari 2016

MIRACLE OF LOVE, PART. 4

Rasa sakit karena disakiti orang lain itu sebentar. Tapi pemahaman yang baik setelah rasa sakit itu pergi yang akan abadi. Waktu selalu berbaik hati mengobati kesedihan.
~~~~Tere Liye~~~~

Part 4

“Iyakan Jo, kamu mulai menyukai Jalal?” Tanya Moti melihat  Jodha masih terdiam.
“Si-siapa bilang aku menyukai Jalal? sampai kapanpun aku tidak akan pernah menyukainya." Jawab Jodha walaupun sekarang hatinya sedang bimbang, apalagi ketika dia teringat peristiwa Jalal yang telah menolongnya.
“Itu wajahmu yang ngomong Jo, kalau memang tidak ada apa-apa kenapa coba wajahmu merah begitu." Moti masih tersenyum setengah meledek Jodha membuat gadis itu menjadi salah tingkah.
“Sudah ah Mo. Oh ya Mo,  bagaimana rencana pertunangan kamu dengan Surya? Kapan dilaksanakan?” Tanya Jodha berusaha mengalihkan pembicaraan. Moti mengerti akan hal itu dan tidak berusaha untuk memaksanya.
“Rencananya sih besok lusa Jo. Tapi maaf acaranya tidak mengundang orang lain. Mintanya hanya kedua keluarga saja."
“Teman-teman kamu juga gak diundang Mo?”
“Iya Jo, Maaf ya." Ucap Moti dengan menunjukkan raut muka sedih. Dia merasa tidak enak karena mereka sudah bersahabat lama. Tetapi bagaimana lagi permintaan keluarganya dan keluarga Surya seperti itu membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa.
“Ya sudahlah Mo, tidak apa-apa. Lagian ini kan cuma pertunangan, nanti kalau kalian menikah tetap tidak mengundang kami berarti kamu bukan sahabatku lagi?” Kata Jodha setengah mengancam. Moti tertawa geli melihat reaksi Jodha.
“Tapi tenang saja Jo, Surya dan aku berencana mengadakan pesta kecil-kecilan buat sahabat-sahabat kami."  Hibur Moti.
“Benarkah Mo? Asyiikk...” Jodha melonjak kegirangan, “kapan dan dimana Mo?"
“Rencananya kami akan mengadakan di Puncak sabtu depan ini, kita bisa menyewa villa disana. Banyak yang murah-murah loh. Jalal juga ikut nanti.” Jodha yang awalnya senang langsung terdiam mendengar nama Jalal ikut disebutkan.
“Kenapa dia ikut juga Mo? Memangnya tidak bisa kalau tidak mengajak dia?” Wajah Jodha berubah menjadi cemberut. Moti tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu. 
“Tidak bisa Jo. Surya dan Jalal itu sudah seperti saudara. Tidak mungkin kami merayakan acara bersama teman-teman tanpa kehadirannya."
“Ya sudah kalau begitu aku tidak jadi ikut deh."
“Gawat....nih anak mulai ngambek,” Pikir Moti.
“Please Jo. Ayolah ikut, kitakan sahabat. Masak kamu tega tidak mau memenuhi undangan sahabatmu ini. Nanti disanakan orangnya juga banyak gak cuma kamu sama Jalal saja. Anggap saja dia tidak ada. Ayolah...mau ya...yaa...yaa...” Bujuk Moti sambil menangkupkan tangannya di depan dada.
Mau tidak mau Jodha merasa kasihan juga. Walaupun berat akhirnya dia menganggukkan kepalanya. Moti tertawa senang. “Nah begitu dong, ini baru sahabatku." Moti memeluk Jodha dengan perasaan bahagia.
“Tapi, nanti bantu aku ya minta ijin sama ibuku.”
“Siap Bos..” Moti berdiri dengan menempelkan telapak tangannya di kening sambil tertawa dan Jodha tersenyum geli melihatnya.

~~~~00000~~~~

Hari jumat Jodha sengaja mengajak Moti pulang kerumahnya. Selain untuk meminta ijin juga tidak sudah rindu kepada orang tuanya. Dengan menumpang taksi akhirnya mereka sampai juga dirumah Jodha. Padahal orang tuanya sudah menyediakan mobil Honda Jazz yang mungil untuk Jodha. Namun gadis itu jarang mau memakainya. Dia lebih senang berjalan kaki karena memang apartemennya sangat dekat dengan kampusnya.
Jodha memasuki rumah dengan tidak sabar memanggil-manggil ibunya.
“Ibu...ibu...ibu...” Jodha berlari ke arah kamar ibu. Dibukanya pintu kamar namun ibunya tidak ada. Dia berlari lagi mencari ke dapur. Ternyata ibunya sedang sibuk memasak di temani pembantunya. Jodha langsung memeluk ibunya dari belakang. Ibunya kaget namun kemudian tersenyum.
“Kok kamu sudah pulang Sayang? Bukankah biasanya hari Sabtu kamu pulang." Tanya Ibunya.
“Iya sih bu, cuma hari ini aku ingin minta ijin sama ibu.”
“Memangnya kamu mau minta ijin kemana?”
“Nantilah aku ceritakan, Oh ya bu ada Moti tuh di depan. Tadi aku ajak kesini.” Kata Jodha sambil bergelayut manja sama ibunya.
“Kalau begitu ayo kita kedepan sekalian bawakan minuman buat dia." Ujar ibunya.
“Baik Bu...” Jodha membawakan minuman dingin yang diambil dari kulkas dan membawa ke depan beserta camilannya.
“Moti, apa kabarnya?” tanya Ibunya Jodha sambil memeluk Moti.
“Kabar baik Tante. Tante sendiri bagaimana kabarnya?”
“Ya begini ini sehat saja, tumben hari ini datang kesini? Katanya mau minta ijin? Emang mau kemana?” tanya Ibunya Jodha sambil memandang Moti dan Jodha bergantian.
“Hmm..begini Tante, aku mau mengajak Jodha untuk liburan kepuncak. Sekalian merayakan pesta pertunanganku dengan Surya."  Moti menjelaskan dengan takut-takut.
“Ke Puncak? Jauh sekali Moti. Emangnya kalian dengan siapa disana?”
“Tenang saja Tante, teman-teman yang lain juga ikut kok. Orangnya banyak kok tante.”
“Iya Bu, boleh ya..please! bujuk Jodha menghiba kepada Ibunya. Ibunya cuma menghela nafas saja.
“Ibu sih tidak masalah, tetapi Ayahmu belum tentu."
“Ibu tenang saja, biar aku nanti yang minta ijin sama ayah ya Bu." Ujar Jodha tersenyum senang seraya memeluk Ibunya.
 “Ayah sekarang dimana Bu?”
“Ayahmu belum datang dari kantor, sekarang kalian istirahat dulu. Nanti kalau Ayahmu datang kalian bisa minta ijin langsung padanya."
“Baik Bu, ayo Moti kita istirahat dulu." Ajak Jodha seraya melangkah ke kamarnya diikuti Moti.
Menjelang sore Ayahnya Jodha pun datang, dengan tak sabar Jodha meminta ijin kepada Ayahnya. Awalnya Ayahnya tidak mengijinkan, tetapi seperti biasa tetap luluh setelah isterinya ikut meminta ijin. Akhirnya Ayah Jodha pun mengijinkan dengan syarat memperbaiki penampilannya yang terlihat urakan. Jodha pun menyanggupinya.

~~~~00000~~~~

Keesokan harinya seperti yang dijanjikan mereka pun berangka menuju puncak. Sengaja mereka berangkat pagi-pagi karena biasanya setiap akhir pekan selalu saja macet sehingga akan terlambat untuk sampai tujuan. Dengan mengendarai 2 buah mobil lengkap dengan bahan makanan yang akan disantap saat pesta nanti malam.
Jodha dan teman-temannya benar-benar menikmati perjalanan itu. Penampilan mereka kali ini lebih sopan, semua kompak memakai sepatu kets celana jeans panjang, T-shirt dan tak lupa membawa switter dan syal, serta penutup kepala. Karena cuaca disana sangat dingin, apalagi kalau sudah malam hari. Sekilas Jodha melirik ke arah Jalal yang menggunakan mobil satunya, penampilannya juga lebih rapi dari kemarin. Dengan rambut diikat, memakai topi, kacamatan hitam dan jaket kulit terlihat lebih tampan. Tanpa sadar Jodha tersenyum melihatnya.
Sebetulnya Jalal juga sama seperti Jodha tidak ingin ikut tetapi Surya memaksa dan Jalal juga tidak enak untuk menolaknya. Akhirnya mau juga tidak ikut demi untuk menyenangkan sahabatnya yang sedang berbahagia.
Menjelang sore akhirnya mereka pun tiba ditempat tujuan, sebuah villa sederhana namun menyenangkan dengan latar belakang perkebunan dan hutan yang masih asri. Tersedia banyak sekali pilihan villa dari fasilitas yang sederhana sampai fasilitas yang lengkap semua tersedia. Namun karena Surya ingin mencari yang sesuai dengan kantong mahasiswa diapun memilih villa yang sederhana saja. Toh besoknya juga mereka akan pulang.
Mereka pun bergegas membongkar barang-barang bawaan untuk masuk ke villa. Mereka disambut Mang Ujang penjaga villa tersebut. Surya memperkenalkan teman-temannya satu persatu. Mang Ujang lalu membawa tamunya masuk serta menunjukkan isi villa itu. Villa itu lumayan besar dengan 3 kamar tidur, ruang tamu digabung ruang keluarga menjadi satu  lengkap dengan televisi, dapur dan kamar mandi biasa.
Saat malam tiba mereka bersiap-siap untuk memulai pesta walaupun kecil-kecilan. Para lelaki membakar steak beserta pelengkapnya sedangkan yang perempuannya membantu mengatur makanan tersebut dalam piring-piring. Disediakan minuman dan makanan ringan untuk pelengkap. Suasana begitu hangat di tengah malam yang dingin itu. Surya  di daulat untuk menyanyi lagu JANJI SUCI dari Yovie and Nuno  dengan iringan gitar Jalal. Moti nampak sangat bahagia. Sementara yang lain bertepuk tangan mengiringi lagu tersebut.

Dengarkanlah wanita pujaanku
Malam ini akan aku sampaikan
Hasrat suci kepadamu dewiku
Dengarkanlah kesungguhan ini

Aku ingin mempersuntingmu
Tuk yang pertama dan terakhir
Jangan kau tolak dan buatku hancur
Ku tak akan mengulang tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu

Dengarkanlah wanita impianku
Malam ini akan kusampaikan
Janji suci untuk selamanya
Dengarkanlah kesungguhan ini
Aku ingin mempersuntingmu
Tuk yang pertama dan terakhir

Jangan kau tolak dan buatku hancur
Ku tak akan mengulang tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu

Sesaat Jodha terpesona melihat Jalal memetik gitar, tersirat kekaguman dari tatapannya. Namun semua disembunyikannya, karena dia tidak ingin teman-temannya tahu. Biarlah hatinya saja yang merasa. Surya mengakhiri lagunya dengan tepuk tangan dari temn-temannya. Moti bangkit dan memeluknya. Jalal dan yang lain hanya tersenyum melihatnya.
Acarapun dilanjutkan dengan menyantap makanan yang sudah disediakan. Tidak terasa waktu berjalan sudah menunjukkan pukul 22.00 makanan pun sudah ludes, tinggal minuman dan makanan ringan saja yang masih tersisa. Jodha meminta ijin untuk kekamar mandi. Sementar yang lain masih melanjutkan acara sambil ngobrol dan bersenda gurau.
Sedang asyik-asyiknya mereka tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan Mang Ujang  yang tampak terengah-engah. Semua kaget.
“Ada apa Mang Ujang?” Tanya Surya.
“Ng...ng...anu...” Mang Ujang susah payah menjelaskan. “Ini lagi ada razia Den."
“Razia? Razia apa Mang?” Surya berusaha untuk mengendalikan diri, sementara yang lain nampak shock.
“Iya Den, terkadang disini dilakukan razia oleh pemerintah daerah dan satpol PP. Biasanya dilakukan siang hari, tidak tahu kenapa kok malam ini tiba-tiba saja ada razia.” Mang Ujang nampak ketakutan. Baru saja Mang Ujang selesai ngomong dari arah jalan muncul mobil patroli dan beberapa petugas berseragam satpol PP dan memaksa Surya dan teman-temannya ikut masuk ke mobil patroli.
Sementara di dalam rumah Jodha mendengar ribut-ribut dari luar. Diapun mengintip dan dilihatnya teman-temannya sedang digiring untuk masuk ke mobil patroli. Jodha tampak ketakutan apalagi dilihatnya beberapa petugas berjalan memasuki villa. Dengan segera dia lari kebelakang, tak lupa dia menyambar tas ransel kecil yang selalu dibawanya. Tanpa pikir panjang dia membuka pintu belakang dan menerobos keluar. Yang ada dibenaknya hanyalah jangan sampai tertangkap.
Dia terus berlari menjauhi villa, setelah agak jauh dia berlindung dibelakang pohon yang lumayan besar, dengan nafas terengah-engah dia mengintip keadaan villa. Jodha nampak terkejut ketika melihat seseorang berlari kearahnya. Kebetulan ada sepotong kayu di dekatnya, langsung saja di genggamnya kayu tersebut sambil dia menunduk untuk menyembunyikan diri. Orang itu berhenti dipohon tempat Jodha sembunyi dan terlihat menyembunyikan diri. Hampir saja Jodha melayangkan kayu yang digenggamnya sedari tadi kearah kepalanya orang itu ketika dia mengenal desah nafasnya, dia nampak terkejut.
“Kau...” orang itu terlonjak karena terkejut tidak menduga ada orang lain disitu namun dia segera mengenal suara itu.
“Jodha!”
“Jalal!”
“Apa yang terjadi Jalal, kenapa banyak sekali petugas di depan sana?” Tanya Jodha dengan ketakutan. Terlihat cahaya senter para petugas berseliweran.
“Ayo jangan banyak bicara dulu, lebih baik kita menghindar dulu. ceritanya panjang. Nanti keburu ketangkap kita." Jalal berjalan mengendap-endap untuk menghindari cahaya senter para petugas, ditambah bulan purnama sedang bersinar terang membuat mereka akan mudah tertangkap. Jodha akhirnya pasrah mengikuti langkah Jalal sambil berlari, sesekali mereka melihat kebelakang.  Mereka menyelinap diantara tanaman perkebunan yang tersebar luas dibelakang villa.
“Jalal, berhenti! aku capek! istirahat dulu ya..” Jodha berdiri dengan setengah membungkuk sambil terengah-engah mengatur nafasnya. Sementara Jalal yang berada didepannya juga tampak berhenti sambil mengatur nafas.
“Hosh...hosh...siapa mereka Jalal?” Tanya Jodha masih penasaran.
“Mereka petugas Satpol PP yang bertugas merazia villa yang tidak berijin. Apalagi sekarang yang menyewa villa adalah kita mahasiswa dikhawatirkan berbuat yang tidak-tidak makanya mereka merazia kita." Terang Jalal.
“Trus, kita sekarang kemana?”
“Ya terus saja...., emangnya kamu mau berbalik dan ditangkap mereka?”
“Tapikan di depan itu hutan, aku takut." Jodha menggidik ketika melihat didepannya sebuah hutan yang tampak menyeramkan walaupun sebenarnya itu bukan hutan yang tidak pernah dijamah oleh manusia. Hanya saja karena hari sudah malam membuat suasana menjadi mencekam.
“Memangnya kenapa kalau hutan? Sama saja kan? Ayo..” Jalal menarik tangan Jodha, sesaat Jodha tertegun ketika tangan Jalal memegang tangannya. Terasa ada desiran hangat dihatinya. Tetapi cepat-cepat ditepisnya dan mengikuti langkah Jalal. Sesekali Ia membenarkan switter dan syalnya, karena hari semakin dingin. Apalagi posisi mereka didalam hutan. Hanya dengan mengandalkan bantuan sinar bulan dan sebuah senter kecil yang ada di hpnya mereka terus masuk ke hutan. Suara-suara binatang malam membuat Jodha tampak ketakutan. Tanpa sadar tangannya menggenggam erat tangan Jalal.
Tiba-tiba tanpa mereka sadari mereka nginjak jalan yang menurun namun bertanah yang lembut karena banyaknya daun yang menutupi.
“Jodha, awas!” Teriak Jalal sebelum tubuhnya meluncur terguling kebawah, tapi terlambat karena Jodha sudah terlanjur ikut selain itu tangan mereka saling menggenggam membuat Jodha sukses ikut meluncur kebawah dan jatuh menimpa tubuh Jalal yang terlebih dahulu sampai dibawah.
“Auww...” teriak mereka bersamaan. Sekarang posisi mereka dalam keadaan saling memeluk. Sesaat mereka saling pandang, namun kemudian tersadar. Jodha terlebih dahulu bangkit karena posisinya berada diatas tubuh Jalal. Mereka tampak salah tingkah. Sambil mengibas-ngibaskan bajunya yang agak kotor Jodha melihat sekeliling.
“Kita dimana ini Jalal?” kata Jodha memecah keheningan.
“Entahlah, aku juga tidak tahu. Mungkin kita tersesat.” Jawab Jalal sambil memeriksa sekitarnya, “sepertinya untuk naik ke jalan tadi sudah tidak mungkin karena tanahnya terlalu licin."

“Trus, kita harus bagaimana ini?” Jodha mulai panik.

~~~TBC~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar