Menu

Kamis, 11 Februari 2016

MIRACLE OF LOVE, PART. 2

           “Aku...aku...minta maaf telah merusak acara kalian. Sungguh aku tidak bermaksud begitu." Jalal menangkupkan tangannya dengan nada memelas.
            “Iya tapi apa sebelumnya kalian sudah saling kenal?” kejar Surya
            “Iya Sur, sangat kenal malah.” Jawab Jalal dengan terbata-bata.
Teman-temannya memandang dengan heran. Tentu saja mereka heran karena baik Jodha maupun Jalal tidak pernah cerita tentang permusuhan mereka kepada siapapun. Seolah mereka ingin menenggelamkan semua cerita masa lalu kedalam dasar lautan hati mereka sendiri.
“Sebaiknya aku juga pulang dulu, aku gak enak sama kalian semua. Gara-gara aku dan Jodha acara kalian jadi berantakan. Moti, Surya, aku minta maaf ya. Dan, Surya kapan-kapan aku ceritakan. Lanjutin saja acaranya. Bro aku duluan ya." Pamit Jalal kepada ketiga temannya Adam, Mansingh, Todarmal sambil mengangkat tangannya buat toss.
          Jalal melangkah keluar dari tempat itu dengan gontai, diiringi pandangan teman-temannya dengan wajah masih diliputi tanda tanya besar namun mereka bisa memakluminya, dan akhirnya mereka pun melanjutkan acaranya yang sempat tertunda tadi.

~~~~00000~~~~

“Sial..sial..sial..kenapa harus bertemu lagi sih? kupikir, aku tidak akan pernah bertemu lagi dengannya. Mana dia temannya Surya tunangan Moti, pasti aku juga akan kembali bertemu dengannya. Dasar cowok br*****k!” 
Jodha melangkah sambil ngomel panjang pendek sambil kakinya menendang-nendang benda kecil yang ditemuinya dijalan. Jalannya semakin memasuki daerah sepi, jarang sekali ada orang lewat tetapi Jodha tidak peduli karena kepalanya masih dipenuhi dengan kejadian di diskotik tadi.
         Saking asyiknya berjalan dia tidak menyadari kalau didepannya ada 3 orang laki-laki bertampang preman yang memperhatikannya. Dia baru sadar ketika ketiga laki-laki tadi sudah ada dihadapannya. Sontak saja Jodha kaget tapi jarak meraka sudah sangat dekat sehingga tidak memungkinkan untuknya lari. Tiba-tiba saja ketakutan menyergap hatinya, apalagi dilihatnya mereka dalam keadaan setengah mabuk. Tapi sikapnya dibuat-buat tidak takut. Dengan dagu sedikit diangkat dia bertanya meski dengan suara sedikit bergetar.
                “Ma-mau apa kalian?” ketiga preman tersebut tertawa.
            “Hehehe...ternyata kamu manis juga Nona, kok sendirian saja?” Tanya salah satu dari preman sambil mencolek dagu jodha.
             “Apa yang kau lakukan?” kata Jodha dengan suara yang digarang-garangkan. Tangannya menghempas tangan preman yang mencolek dagunya.
            “Apa yang aku lakukan? hm..apa yaa?” preman tadi memegang dagunya pura-pura sambil mikir. Sementara kedua temannya tertawa senang melihat Jodha ketakutan. “Bagaimana kalau kita bersenang-senang Nona, bukankah kamu lagi sendiri?"
               “Apa maksudmu?” Jodha memandang mereka dengan pandangan jijik.
        “Apa maksudku? Apa kau tidak mengerti atau pura-pura tidak mengerti Nona. Aku menginginkan dirimu dan tubuhmu sayang. Sepertinya lumayan juga...hehehe...” kata preman tadi sambil memperhatikan Jodha dari kepala sampai kaki seakan ingin menelannya bulat-bulat.
           “Awas saja kalau kalian berani melakukan itu padaku, aku akan membunuh kalian semua." teriak Jodha sambil air matanya keluar mengalir deras saking takutnya.
              “Uuuhh...aku takuuuut...” Ledek preman tadi sambil memegang perutnya seolah-olah sakit tertusuk. Teman-temannya tertawa terbahak-bahak melihatnya.
                Jodha sudah tidak bisa berpikir lagi, kepalanya celingak-celinguk melihat sekeliling berharap ada orang yang akan menolongnya. Ketika menoleh kebelakang dilihatnya seseorang sedang jongkok santai di trotoar sambil mengisap rokok. Seakan tidak peduli dengan peristiwa yang ada di dekatnya. Jodha merasa seperti mengenalnya, tetapi dia tidak sempat lagi memikirkannya. Jodha terlalu takut sampai kakinya gemetar seakan tidak sanggup menahan tubuhnya.
          “Ayolah Nona ikutlah dengan kami, kau tidak akan menyesal." Racau preman itu. Ketiganya mulai bergerak ingin memegang Jodha. Jodha hanya bisa memejamkan matanya. Tubuhnya sudah tidak bisa bergerak lagi, lemas. Air matanya mengalir deras.
                “Ayah, Ibu.. maafkan aku tidak bisa menepati janji untuk menjaga kehormatanku. Aku menyesal tidak menuruti perkataan kalian. Ampuni aku Ya Allah...”  Gumam bathinnya lirih. Merutuki nasibnya yang sudah diujung tanduk.
                Cengkraman tangan para preman itu begitu kuat memegang tangannya, Jodha hanya bisa berteriak lirih  “lepaskan aku, lepaskan aku”,  sambil berusaha berontak. Tetapi apalah daya kekuatan seorang Jodha dibandingkan tenaga 3 orang preman yang sudah terlihat sangat bernafsu sekali.
                Tiba-tiba Jodha tertegun, masih dengan mata terpejam dia merasakan cengkraman tangan para preman itu melemah bahkan lepas, telinganya mendengar suara mengaduh. Pelan-pelan dia membuka matanya, matanya membulat ketika melihat seseorang sedang membelakanginya dan para preman itu dalam posisi terjengkang sambil mengaduh.
               “Pergilah kalian, atau aku akan menghajar kalian lagi. Jangan cuma berani dengan perempuan saja." Teriak laki-laki itu. Para preman itu tampak ketakutan, dan lari tunggang langgang daripada di hajar lagi.
               “Kau?” ucap Jodha dengan tercekat, perkataannya seakan lengket di tenggorokannya.

~~~~Flashback~~~~

                Tidak lama setelah Jodha pulang, Jalal pun ikut pulang. Awalnya dia ingin memanggil taksi untuk pulang karena dia tidak tega membawa pulang Nissan Jukenya, kasihan teman-temannya. Begitulah Jalal, walaupun penampilannya seperti itu tetapi dengan teman jiwa sosialnya tinggi. Ketika menoleh ke arah kiri dia melihat Jodha melangkah gontai sambil menendang-nendang, akhirnya dia tidak jadi memanggil taksi. Entah kenapa langkahnya malah mengikuti Jodha.
                Dari kejauhan dia memperhatikan Jodha, langkahnya dipercepat ketika dilihatnya 3 orang preman sedang memperhatikan Jodha tanpa Jodha sadari. Firasatnya tidak enak, sepertinya mereka ingin berbuat yang tidak-tidak. Benar saja 3 orang preman itu menghadang langkah Jodha yang terkejut.
             Tetapi Jalal tidak segera mendekati mereka dan menolong Jodha. Dia berhenti, tangannya merogoh kantong celana jeansnya mengeluarkan rokok. Disulutnya dan diisapnya dengan santai dalam posisi jongkok, sambil matanya tidak berhenti menatap Jodha dan preman itu. Sekilas ujung bibirnya naik melihat keadaan itu. Setelah dirasa keadaan sudah memanas, dibuangnya rokok yang masih sisa setengah itu. Masih terdengar olehnya teriakan lirih Jodha meminta dilepaskan.
                Sejenak dibukanya handphone kemudian dia mengetik sms, tak lama kemudian handphone tersebut kembali dimasukkan kekantong celananya dan dia pun berlari menghajar para preman itu. Para preman yang tidak menduga akan serangan mendadak itu terkejut, belum hilang rasa terkejut mereka sudah dalam posisi terjengkang.

~~~~Flashback End~~~~

                “Ternyata dengan dandanan seperti itu masih tidak bisa menakuti preman." Ejek Jalal masih dalam posisi membelakangi Jodha.
               “Apa maksudmu? kenapa kau menolongku?” Tanya Jodha dengan suara bergetar karena masih syok dengan peristiwa tadi. Jalal berbalik menghadap Jodha dan tersenyum sinis.
             “Jangan ge-er ya, senakal-nakalnya aku tidak akan pernah berlaku bejat apalagi terhadap seorang perempuan lemah sepertimu. Kebetulan saja aku berada ditempat ini. Aku tidak tahu kenapa aku menolongmu, atau seharusnya tadi aku biarkan saja mereka menyantapmu." Ucap Jalal masih dengan nada mengejek.
                Jodha hanya terdiam, pikirannya masih belum bisa menerima. Tidak lama kemudian datang sebuah taksi dan berhenti di depan mereka.
        “Pulanglah!” kata Jalal dengan wajah tanpa ekpresi sambil berlalu melangkah meninggalkan Jodha yang masih tertegun mematung, memandang Jalal yang berjalan semakin jauh.


~~~~TBC~~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar