“Aku...aku...minta
maaf telah merusak acara kalian. Sungguh aku tidak bermaksud begitu." Jalal
menangkupkan tangannya dengan nada memelas.
“Iya tapi apa sebelumnya kalian
sudah saling kenal?” kejar Surya
“Iya Sur, sangat kenal malah.”
Jawab Jalal dengan terbata-bata.
Teman-temannya memandang dengan heran. Tentu
saja mereka heran karena baik Jodha maupun Jalal tidak pernah cerita tentang permusuhan
mereka kepada siapapun. Seolah mereka ingin menenggelamkan semua cerita masa
lalu kedalam dasar lautan hati mereka sendiri.
“Sebaiknya
aku juga pulang dulu, aku gak enak sama kalian semua. Gara-gara aku dan Jodha
acara kalian jadi berantakan. Moti, Surya, aku minta maaf ya. Dan, Surya
kapan-kapan aku ceritakan. Lanjutin saja acaranya. Bro aku duluan ya." Pamit
Jalal kepada ketiga temannya Adam, Mansingh, Todarmal sambil mengangkat
tangannya buat toss.
Jalal
melangkah keluar dari tempat itu dengan gontai, diiringi pandangan
teman-temannya dengan wajah masih diliputi tanda tanya besar namun mereka bisa memakluminya, dan akhirnya mereka
pun melanjutkan acaranya yang sempat tertunda tadi.
~~~~00000~~~~
“Sial..sial..sial..kenapa
harus bertemu lagi sih? kupikir, aku tidak akan pernah bertemu lagi
dengannya. Mana dia temannya Surya tunangan Moti, pasti aku juga akan kembali
bertemu dengannya. Dasar cowok br*****k!”
Jodha melangkah sambil ngomel
panjang pendek sambil kakinya menendang-nendang benda kecil yang ditemuinya
dijalan. Jalannya semakin memasuki daerah sepi, jarang sekali ada orang lewat
tetapi Jodha tidak peduli karena kepalanya masih dipenuhi dengan kejadian di
diskotik tadi.
Saking asyiknya berjalan dia
tidak menyadari kalau didepannya ada 3 orang laki-laki bertampang preman yang
memperhatikannya. Dia baru sadar ketika ketiga laki-laki tadi sudah ada dihadapannya.
Sontak saja Jodha kaget tapi jarak meraka sudah sangat dekat sehingga tidak
memungkinkan untuknya lari. Tiba-tiba saja ketakutan menyergap hatinya, apalagi dilihatnya mereka dalam keadaan
setengah mabuk. Tapi sikapnya dibuat-buat tidak takut. Dengan dagu sedikit
diangkat dia bertanya meski dengan suara sedikit bergetar.
“Ma-mau apa kalian?” ketiga preman tersebut tertawa.
“Hehehe...ternyata kamu manis
juga Nona, kok sendirian saja?” Tanya salah satu dari preman sambil mencolek
dagu jodha.
“Apa yang kau lakukan?” kata
Jodha dengan suara yang digarang-garangkan. Tangannya menghempas tangan preman yang
mencolek dagunya.
“Apa yang aku lakukan?
hm..apa yaa?” preman tadi memegang dagunya pura-pura sambil mikir. Sementara
kedua temannya tertawa senang melihat Jodha ketakutan. “Bagaimana kalau kita
bersenang-senang Nona, bukankah kamu lagi sendiri?"
“Apa maksudmu?” Jodha
memandang mereka dengan pandangan jijik.
“Apa maksudku? Apa kau tidak
mengerti atau pura-pura tidak mengerti Nona. Aku menginginkan dirimu dan tubuhmu
sayang. Sepertinya lumayan juga...hehehe...” kata preman tadi sambil
memperhatikan Jodha dari kepala sampai kaki seakan ingin menelannya
bulat-bulat.
“Awas saja kalau kalian berani
melakukan itu padaku, aku akan membunuh kalian semua." teriak Jodha sambil air
matanya keluar mengalir deras saking takutnya.
“Uuuhh...aku takuuuut...” Ledek
preman tadi sambil memegang perutnya seolah-olah sakit tertusuk. Teman-temannya
tertawa terbahak-bahak melihatnya.
Jodha sudah tidak bisa berpikir
lagi, kepalanya celingak-celinguk melihat sekeliling berharap ada orang yang
akan menolongnya. Ketika menoleh kebelakang dilihatnya seseorang sedang jongkok
santai di trotoar sambil mengisap rokok. Seakan tidak peduli dengan peristiwa
yang ada di dekatnya. Jodha merasa seperti mengenalnya, tetapi dia tidak sempat
lagi memikirkannya. Jodha terlalu takut sampai kakinya gemetar seakan tidak
sanggup menahan tubuhnya.
“Ayolah Nona ikutlah dengan
kami, kau tidak akan menyesal." Racau preman itu. Ketiganya mulai bergerak ingin
memegang Jodha. Jodha hanya bisa memejamkan matanya. Tubuhnya sudah tidak bisa
bergerak lagi, lemas. Air matanya mengalir deras.
“Ayah, Ibu.. maafkan aku tidak
bisa menepati janji untuk menjaga kehormatanku. Aku menyesal tidak menuruti
perkataan kalian. Ampuni aku Ya Allah...” Gumam bathinnya lirih. Merutuki nasibnya yang sudah diujung tanduk.
Cengkraman tangan para preman
itu begitu kuat memegang tangannya, Jodha hanya bisa berteriak lirih “lepaskan
aku, lepaskan aku”, sambil berusaha
berontak. Tetapi apalah daya kekuatan seorang Jodha dibandingkan tenaga 3 orang
preman yang sudah terlihat sangat bernafsu sekali.
Tiba-tiba Jodha tertegun, masih
dengan mata terpejam dia merasakan cengkraman tangan para preman itu melemah
bahkan lepas, telinganya mendengar suara mengaduh. Pelan-pelan dia membuka
matanya, matanya membulat ketika melihat seseorang sedang membelakanginya dan
para preman itu dalam posisi terjengkang sambil mengaduh.
“Pergilah kalian, atau aku akan
menghajar kalian lagi. Jangan cuma berani dengan perempuan saja." Teriak
laki-laki itu. Para preman itu tampak ketakutan, dan lari tunggang langgang
daripada di hajar lagi.
“Kau?” ucap Jodha dengan
tercekat, perkataannya seakan lengket di tenggorokannya.
~~~~Flashback~~~~
Tidak lama setelah Jodha pulang,
Jalal pun ikut pulang. Awalnya dia ingin memanggil taksi untuk pulang karena
dia tidak tega membawa pulang Nissan Jukenya, kasihan teman-temannya. Begitulah
Jalal, walaupun penampilannya seperti itu tetapi dengan teman jiwa sosialnya
tinggi. Ketika menoleh ke arah kiri dia melihat Jodha melangkah gontai sambil
menendang-nendang, akhirnya dia tidak jadi memanggil taksi. Entah kenapa langkahnya
malah mengikuti Jodha.
Dari kejauhan dia memperhatikan
Jodha, langkahnya dipercepat ketika dilihatnya 3 orang preman sedang
memperhatikan Jodha tanpa Jodha sadari. Firasatnya tidak enak, sepertinya
mereka ingin berbuat yang tidak-tidak. Benar saja 3 orang preman itu menghadang
langkah Jodha yang terkejut.
Tetapi Jalal tidak segera
mendekati mereka dan menolong Jodha. Dia berhenti, tangannya merogoh kantong
celana jeansnya mengeluarkan rokok. Disulutnya dan diisapnya dengan santai
dalam posisi jongkok, sambil matanya tidak berhenti menatap Jodha dan preman
itu. Sekilas ujung bibirnya naik melihat keadaan itu. Setelah dirasa keadaan
sudah memanas, dibuangnya rokok yang masih sisa setengah itu. Masih terdengar
olehnya teriakan lirih Jodha meminta dilepaskan.
Sejenak dibukanya handphone
kemudian dia mengetik sms, tak lama kemudian handphone tersebut kembali
dimasukkan kekantong celananya dan dia pun berlari menghajar para preman itu.
Para preman yang tidak menduga akan serangan mendadak itu terkejut, belum
hilang rasa terkejut mereka sudah dalam posisi terjengkang.
~~~~Flashback
End~~~~
“Ternyata dengan dandanan
seperti itu masih tidak bisa menakuti preman." Ejek Jalal masih dalam posisi
membelakangi Jodha.
“Apa maksudmu? kenapa kau
menolongku?” Tanya Jodha dengan suara bergetar karena masih syok dengan
peristiwa tadi. Jalal berbalik menghadap Jodha dan tersenyum sinis.
“Jangan ge-er ya,
senakal-nakalnya aku tidak akan pernah berlaku bejat apalagi terhadap seorang
perempuan lemah sepertimu. Kebetulan saja aku berada ditempat ini. Aku tidak
tahu kenapa aku menolongmu, atau seharusnya tadi aku biarkan saja mereka
menyantapmu." Ucap Jalal masih dengan nada mengejek.
Jodha hanya terdiam, pikirannya
masih belum bisa menerima. Tidak lama kemudian datang sebuah taksi dan berhenti
di depan mereka.
“Pulanglah!” kata Jalal
dengan wajah tanpa ekpresi sambil berlalu melangkah meninggalkan Jodha yang
masih tertegun mematung, memandang Jalal yang berjalan semakin jauh.
~~~~TBC~~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar